KESESATAN (HETERODOKSI) GERAKAN KARISMATIK 04

Started by saulus, May 20, 2022, 08:03 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

saulus

Jadi, seorang yang tidak hidup kudus pun (ie: tanpa memiliki rahmat pengudusan) mampu melakukan mukjijat NAMUN HANYA SEBATAS untuk kepentingan orang lain. Tidak bisa seorang pendosa, bidat atau skismatik melakukan keajaiban untuk membuktikan kesesatan mereka.

Sekarang mari berkilas balik. Gerakan Katolik karismatik mulai ada ketika 4 orang Katolik berinteraksi dengan Protestant. Para Katolik ini kemudian tertarik dengan praktek baptisan Roh Kudus dan bahasa roh yang sudah lebih dulu dilakukan para Protestant puluhan tahun sebelumnya. Para Katolik ini kemudian meng-amin-i dan meminta Protesant untuk mengajari praktek-praktek tersebut (baptisan Roh Kudus dan bahasa roh) kepada mereka.

Nah, kita tahu bahwa Protestant tidak mempunyai Roh Kudus dalam diri mereka sehingga KALAUPUN MEMANG BENAR praktek mereka adalah karunia Roh Kudus yang asli, maka, sesuai dengan apa yang dikatakan ensiklopedi Katolik, praktek tersebut HANYA akan berguna untuk ORANG LAIN dan tidak untuk pengudusan mereka (Protestant) sendiri atau untuk memberi justifikasi kesalahan mereka. NAMUN yang terjadi adalah sebaliknya!

Praktek baptisan roh dan bahasa roh sendiri telah dilakukan oleh para Protestant sejak tahun 1900 di Topeka, Kansas (sampai sekarang)! Padahal, orang Katolik baru mengikuti praktek baptisan roh dan bahasa roh pada 1966, enam puluh enam tahun kemudian. Jadi patut dipikirkan, untuk kepentingan siapa bahasa Roh dan baptisan roh pertama kali muncul di Protestantism? Jelas hanya untuk kepentingan Protestant sendiri dan bukan untuk kepentingan yang lain. Artinya apa? Artinya praktek tersebut HANYA MENJADIKAN PEMBENARAN ATAS BIDAAH (HERESY) PROTESTANTISM! Dan karena, menurut ajaran Gereja, Allah tidak melakukan karunia mukjijat untuk pembenaran suatu kesalahan (ie: Protestantism), maka either karunia mukjijat tersebut (baptisan roh dan bahasa roh) berasal dari malaikat kegelapan atau dibuat-buat (palsu).

Kemudian bisa dilihat dari pengalaman Ralph Keifer dan khotbah Kevin Ranaghan diatas bahwa kedua orang ini, setelah ter-expose oleh pratek mukjijat (ie: baptisan Roh dan bahasa roh) Protestantism, malahan menjadi percaya akan kebenaran Protestantism dan mulai meminta nasihat para protestant akan "mukjijat" tersebut dan belajar untuk berlaku seperti Protestant!

Terakhir, bukannya menjadi semakin Katolik dengan tetap memeluk ajaran Gereja yang dijamin Allah Roh Kudus sendiri, yaitu Extra Ecclesiam Nulla Salus (Diluar Gereja Tidak Ada Keselamatan), Kevin Ranaghan, sebagai salah satu pelopor Karismatik, cenderung bersikap indifferentist terhadap Protestant dan memimpikan suatu ekumene dimana perbedaan fundamental yang membedakan umat Allah sejati (ie: Katolik) dengan para bidat (ie: Protestant) hilang karena daya kerja Roh Kudus. Patut dipertanyakan Roh Kudus darimana itu? Karena Roh Kudus sejati malahan menjaga ajaran Gereja Katolik tanpa salah dan tanpa kompromi sehingga Gereja bisa berdiri tegak sejak 2,000 tahun meskipun pada jayanya bidaah Arianisme 97-99% Uskup Gereja Katolik telah mengkompromiskan Dogma Gereja akan keilahian Yesus Kristus.


Ketiga, sungguh melawan kebijaksanaan bila seorang Katolik meminta nasehat theologis yang berkenaan dengan spiritualitas kepada seorang pendeta Protestant (Episcopal) APALAGI seorang awam anggota jemaat dari pendeta tersebut yang hanya mendapatkan pendidikan formal sampai SMU. Perkara-perkara spiritualitas biasanya diselimuti kabut misteri hanya bisa terterangi oleh terang iman yang benar. Selain Protestant tidak mempunyai iman yang benar, mereka juga tidak diberi tujuh karunia Roh Kudus dimana salah satunya adalah karunia pengertian yang penting untuk memahami perkara iman secara umum dan spiritual secara khusus. Dua hal tersebut (iman dan karunia pengertian) punya kaitan yang erat, ini akan kita lihat sebentar lagi.

St. Thomas memberi penjelasan mengenai apa itu karunia pengertian dan apa gunanya:
human knowledge begins with the outside of things as it were, it is evident that the stronger the light of the understanding, the further can it penetrate into the heart of things. Now the natural light of our understanding is of finite power; wherefore it can reach to a certain fixed point. Consequently man needs a supernatural light in order to penetrate further still so as to know what it cannot know by its natural light: and this supernatural light which is bestowed on man is called the gift of understanding. (sumber: Summa Theologica)
 
 (
Terjemahan 7)

Jadi, karunia pengertian ini membuat manusia mampu menembus (penetrate) apa yang tidak bisa diketahui manusia oleh terang kodrati. Apakah yang tidak bisa diketahui manusia oleh terang kodrati? Iman.
the gift of understanding is not only about those things which come under faith first and principally, but also about all things subordinate to faith. (sumber: Summa Theologica)
 
 (
Terjemahan 8)

Karunia Pengertian ini diinfusikan pada saat pembaptisan bersama dengan tujuh karunia Roh Kudus yang lain, berikut dari Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma p. 261:
3. The Gifts of the Holy Ghost
The Gifts of the Holy Ghost also are infused with sanctifying grace. (Sent. communis.)

 The scriptural basis is Is. 11:2 et seq., in which the spiritual endowment of the future Messiah is depicted, "And the spirit of the Lord shall rest upon Him: the spirit of wisdom and understanding, the spirit of counsel and of fortitude. The spirit of knowledge and of the fear of the Lord. 3. And in the fear of the Lord he has pleasure. " (Sept. and Vulg. : "... the spirit of knowledge and of godliness [... pietas], 3. and He shall be filled with the Spirit of the fear of the Lord".) The Massorah details six gifts, in addition to the spirit of the Lord. The Septuagint and the Vulgate enumerate seven, as they render the concept "Fruit of the Lord" in V. 2 and V. 3 differently. The sevenfold number, which goes back to the Septuagint, is not essential. The Liturgy, the Fathers (for example, St. Ambrose, De Sacramentis III 2, 8; De mysteris, 7,42), and the theologians have inferred from this passage that these gifts are bestowed on all the just. As the just are shaped after the image of Christ (Rom 8:29). Cf. the rite of Confirmation and the hymns used in the Liturgy "Veni Sancte Spiritus" and "Veni Creator Spiritus," and also the Holy Ghost Encyclical of Pope Leo XIII "Divinum Illud" (1897).
 
 There is some uncertainty regarding the nature of the gifts of the Holy Ghost and their bearing on the infused gifts. According to the teaching of St. Thomas, which is generaly accepted today, the gifts of the Holy Ghost are supernatural, permanent, dispositions (habitus) of the faculties of the soul, really distinct from the infused virtues, and by means of which man is enabled easily and joyfully to respond to the stirrings and promptings of the Holy Ghost: dona sunt quidam habitus perficientes hominem ad hoc, quod promptes sequatur instinctum Spiritus Sancti (S. th. 1 II 68,4).
 
 The gifts of the holy Ghost refer partly to the intellect (wisdom, understanding, knowledge, counsel), partly to the will (piety, fear of the Lord). They are different from the infused virtues in that the motivationg principle of the gifts is the Holy Ghost immediately. While the virtues enable one to perform extraordinary and heroic acts. The gifts are distinguished from charismata in that they are bestowed for the salvation of the recipient and are always infused when justification takes place. S. th. 1 II 68,4).
 
 (
Terjemahan 9)

Terlihat bahwa Karunia Pengertian (dan tujuh karunia Roh lainnya) hanya didapatkan kepada mereka yang memiliki Rahmat Pengudusan. St Thomas juga sepakat:
Therefore whoever has the gift of understanding, cometh to Christ, which is impossible without sanctifying grace. Therefore the gift of understanding cannot be without sanctifying grace. (sumber: Summa Theologica)
 
 (
Terjemahan 10)

 Nah, karena Rahmat Pengudusan hanya ada pada diri seorang Katolik yang tidak berdosa besar, maka, Protestant, selain tidak mempunyai Roh Kudus dalam diri mereka, juga tidak mempunyai tujuh karunia Roh termasuk Karunia Pengertian. Tidak hadirnya Roh Pengertian ini tidak selalu berarti bahwa seorang Katolik pasti selalu lebih mengerti tentang iman daripada seorang Protestant. Namun, sekali lagi, yang menjadi obyek dari pemahaman/pengertian disini adalah perkara-perkara spiritual yang diselimuti kabut misteri. Hanya dengan terang iman yang benarlah kabut misteri bisa sedikit terkuak, dan semua ini adalah berkat bantuan Karunia Pengertian yang membuat akal budi (rasio) kita menjangkau apa yang diluar kemampuan akal budi (rasio) kita.
 
 Sehingga untuk perkara spiritual seyogyanya seorang Katolik berkonsultasi dengan seorang Katolik lain yang mempunyai pengertian yang baik akan perkara-perkara spiritual.