Perbandingan Lima Anaphora Kuno: Fokus pada Mekanisme dan Signifikansi Konsekrasi
I. Konteks Dasar: Definisi Anaphora dan Dinamika KonsekrasiA. Tinjauan Historis Doa Ekaristi PrimitifAnaphora (*ana-pherein*, yang berarti "mempersembahkan") adalah struktur liturgi pusat yang merealisasikan Ekaristi sebagai doa kurban yang mengaktifkan *mysterium fidei* (misteri iman).[1] Komponen inti Anaphora, termasuk Ucapan Syukur, *Sanctus*, Narasi Institusi (*Verba Domini*), dan Doa Perantaraan, dapat ditelusuri kembali ke sumber-sumber tertua.[2] Narasi Institusi, yang wajib disertakan, adalah landasan skriptural dari 1 Korintus 11:23-26 dan Injil Sinoptik.[1]
B. Definisi Konsekrasi Ekaristi: Garis Batas DoktrinalKonsekrasi adalah tindakan efektif di mana roti dan anggur mengalami transformasi (*metabolism*) menjadi Tubuh dan Darah Kristus yang sejati dan nyata.[1] Perdebatan teologis berpusat pada *mekanisme* dan *momen* konsekrasi:
- Posisi Barat (Ritus Romawi): Konsekrasi dicapai secara primer melalui *Verba Domini* (perkataan Kristus).
- Posisi Timur (Antiokhia): Epiklesis—doa eksplisit yang memohon Roh Kudus—adalah unsur penting atau primer yang menggenapi transformasi sakramen.[3]
C. Signifikansi Struktural Urutan: Penempatan EpiklesisPosisi Epiklesis mencerminkan model efikasi yang berbeda:
- Epiklesis Pasca-Institusi (Model Antiokhia): Terjadi setelah Narasi Institusi (*Verba Domini*). Roh Kudus datang untuk *menyempurnakan* tindakan yang diotorisasi oleh perkataan Kristus (Contoh: St. Yakobus, St. Yohanes).
- Epiklesis Pra-Institusi (Model Aleksandria): Ditempatkan sebelum Narasi Institusi. Fungsinya adalah untuk *menguduskan* persembahan sebagai persiapan bagi perkataan Kristus (Contoh: St. Markus).[4]
II. Paradigma Antiokhia: Anaphora St. Yakobus dan St. YohanesA. Anaphora St. Yakobus (Siria Barat)Anaphora ini adalah prototipe dari liturgi Siria Barat, disusun sekitar akhir abad ke-4 atau awal abad ke-5.[5, 3] Ia dikenal sebagai "monumen literer yang paling lengkap".[5]
- Konsekrasi Fokus:Epiklesis Pasca-Institusi. Setelah Narasi Institusi dan *Anamnesis* (Oblasi), Epiklesis memohon Bapa untuk "mengutus Roh Kudus-Mu yang Mahakudus ke atas persembahan ini... dan jadikan roti ini Tubuh kudus Kristus-Mu".[3]
- Signifikansi Teologis: Konsekrasi secara tegas dihubungkan dengan kuasa operasional (*dynamis*) Roh Kudus. Transformasi diselesaikan oleh kerja Roh Kudus, menempatkan Pneumatologi sebagai fokus utama sakramen.[3]
B. Anaphora St. Yohanes Penginjil (Siria Barat)Anaphora ini secara tradisional diatribusikan kepada St. Yohanes Penginjil dan merupakan bagian dari khazanah liturgi Antiokhia yang kaya.
- Konsekrasi Fokus:Epiklesis Pasca-Institusi yang Disempurnakan. Strukturnya mengikuti St. Yakobus: Narasi Institusi, *Anamnesis*, dan kemudian Epiklesis yang secara eksplisit memohon Roh Kudus untuk menguduskan dan mengubah persembahan.[3]
- Signifikansi Teologis: Menegaskan model Antiokhia di mana **Roh Kudus** adalah agen definitif Konsekrasi, memperkuat Pneumatologi sakramental.
III. Paradigma Aleksandria: Anaphora St. Markus- Konsekrasi Fokus:Epiklesis Pra-Institusi. Epiklesis ditempatkan sebelum Narasi Institusi. Fungsinya adalah untuk *menguduskan* persembahan material dan mempersiapkannya agar dapat menerima kuasa transformatif.[4]
- Peran *Verba Domini*: Narasi Institusi tetap menjadi klimaks struktural dan teologis.[4] St. Markus menampilkan sintesis, mengakui Roh Kudus tetapi secara struktural menyelarakan *momen* transformatif dengan mandat historis Kristus.
IV. Paradigma Romawi/Arkais: Anaphora St. Petrus dan 12 RasulA. Anaphora St. Petrus (Kanon Romawi)Teks ini (sekarang Doa Syukur Agung I) menganut doktrin bahwa *Verba Domini* adalah bentuk sakramen yang memadai dan efektif, bersandar sepenuhnya pada otoritas Kristus.[6, 1]
- Konsekrasi Fokus:Keutamaan *Verba Domini***. Konsekrasi dijamin oleh otoritas perkataan Kristus yang diucapkan oleh imam (*in persona Christi*).
- Invokasi Roh Kudus: Tidak memiliki Epiklesis Pasca-Institusi yang eksplisit. Invokasi dikandung secara implisit dalam doa-doa pra-Institusi (*Quam oblationem*) atau pasca-konsekrasi (*Supplices te rogamus*) yang berfokus pada oblasi surgawi, bukan transformasi elemen.[1]
B. Anaphora 12 Rasul (Tradisi Apostolik Hippolytus)Anaphora ini adalah model terdekat dari struktur Ekaristi pasca-Apostolik primitif, bertanggal sekitar abad ke-3.[7]
- Konsekrasi Fokus:Syukur dan Perintah Implisit. Teks ini bergerak langsung dari Ucapan Syukur ke *Verba Domini*. Konsekrasi dianggap melekat dalam tindakan peringatan dan syukur itu sendiri.
- Ketiadaan Epiklesis: Kurangnya Epiklesis transformatif yang berkembang mengindikasikan bahwa Gereja paling awal memahami pengulangan sederhana perkataan Kristus sudah efektif.[7] Hal ini memperkuat premis teologis dasar Ritus Romawi. (Perlu dicatat, ada Anaphora Siria yang lebih panjang dengan nama ini yang mungkin merupakan turunan).[7]
V. Sintesis Komparatif Elemen Konsekrator
Perbandingan mekanisme konsekrasi mengungkapkan tiga sumbu doktrinal utama: Antiokhia (Epiklesis Pasca-Institusi), Romawi/Arkais (*Verba Domini*), dan Aleksandria (Hibrida Pra-Institusi).
- Divergensi Doktrinal tentang Bentuk dan Agen
| Aspek | Tradisi Timur (St. Yakobus, St. Yohanes) | Tradisi Barat (St. Petrus) |
| Form (Kata Konsekrator) | *Verba Domini* memberikan otoritas; Epiklesis eksplisit memberikan efikasi transformatif. | *Verba Domini* adalah bentuk yang memadai dan efektif. |
| Agen Konsekrator | Agen Pneumatik: Tindakan secara eksplisit diatribusikan kepada Roh Kudus. | Agen Kristologis/Ministerial: Kristus bertindak melalui imam *in persona Christi*. |
Analisis Sistematis Mekanisme Konsekrasi
| Anaphora (Atribusi) | Perkiraan Tahun Penulisan/Penetapan | Teks/Keluarga yang Diidentifikasi | Gereja Pengguna Masa Kini | Penempatan Narasi Institusi (*Verba*) | Penempatan Epiklesis (Relatif terhadap *Verba*) | Fokus Epiklesis | Mekanisme Teologis Konsekrasi |
| St. Yakobus | Tradisional (Uskup Pertama Yerusalem): +AD 61 | Antiokhia (Siria) | Gereja Ortodoks Suriah (Liturgi Utama), Gereja Katolik Suriah, Gereja Maronit, Gereja Ortodoks Timur/Katolik Yunani Melkit (perayaan tertentu)[1] | Pasca-*Sanctus*, sentral. | Pasca-Anamnesis dan Oblasi | Transformasi eksplisit oleh Roh Kudus. | Transformasi diaktifkan oleh Roh Kudus melalui invokasi (Pneumatologi).[3] |
| St. Markus | Tradisional (Pengkhotbah dan Penginjil): +AD 62 | Aleksandria (Koptik) | Gereja Ortodoks Koptik, Gereja Katolik Koptik (dikenal sebagai Liturgi St. Kiril)[3] | Pasca-*Sanctus*, titik klimaks. | Pra-Narasi Institusi | Pengudusan dan persiapan persembahan. (Selaras dengan struktur Ritus Aleksandria)[4] |
| St. Petrus | Tradisional (Kepala Para Rasul): +AD 67 | Kanon Romawi (*Canon Romanus*) | Gereja Katolik Roma (Doa Syukur Agung I), Gereja Anglikan dan Lutheran (sebagai inspirasi untuk beberapa formulasi kanon mereka)[1] | Sangat rinci, sangat dihormati. | Implisit (Vestigial, misal *Supplices*) | Oblasi dan penerimaan kurban di surga. | Efikasi melekat pada *Verba Domini* yang diucapkan oleh imam berotoritas (Kristologi).[1] |
| 12 Rasul | Tradisional (Menurut St. Lukas): +AD 90 | Antiokhia (Ritus Siria)/ *Tradisi Apostolik* (Hippolytus) | Gereja Ortodoks Suriah (versi Siria), Gereja Katolik Roma (sebagai inspirasi Liturgi Ekaristi II), Anglikan, Metodis (reformasi liturgi modern) | Sederhana, langsung. | Pasca-Anamnesis | Invokasi yang lebih primitif, berorientasi pada penerimaan dan efek komuni. (Sesuai dengan struktur Antiokhia)[7] | Kecukupan *Anamnesis* dan pengulangan perkataan Kristus (Model Arkais). |
| St. Yohanes | Tradisional (Penginjil): +AD 90 | Antiokhia (Ritus Siria Barat) | Gereja Ortodoks Suriah (Anaphora Alternatif), Gereja Katolik Suriah | Pasca-*Sanctus*, sentral. | Pasca-Anamnesis dan Oblasi | Invokasi eksplisit Roh Kudus untuk Konsekrasi dan Pengudusan (Sesuai dengan struktur Antiokhia).[3] | Transformasi diaktifkan oleh Roh Kudus, mengikuti perintah otoritatif Kristus.[3] |
VI. Kesimpulan: Konsekrasi dan Kehadiran Nyata sebagai Pusat Ekaristi
Analisis komparatif terhadap Anaphora-Anaphora kuno, mulai dari St. Yakobus (Antiokhia), St. Yohanes (Bizantium), St. Markus (Aleksandria), St. Petrus (Roma), hingga 12 Rasul (Arkais), menunjukkan bahwa terlepas dari perbedaan struktural dan penekanan teologis, inti dari doa Ekaristi di semua tradisi tetaplah satu: **realisasi Konsekrasi dan Kehadiran Nyata (Real Presence) Kristus** dalam elemen roti dan anggur.
Meskipun Ritus Timur (St. Yakobus dan St. Yohanes) secara struktural dan teologis menekankan Epiklesis Pasca-Institusi sebagai agen yang menyelesaikan sakramen, dan Ritus Barat (St. Petrus) secara historis memprioritaskan otoritas *Verba Domini*, semua tradisi ini bertujuan pada misteri yang sama. Gereja Katolik Roma sendiri secara eksplisit mengajarkan bahwa konsekrasi dicapai melalui kekuatan perkataan Kristus **dan** seruan kepada Roh Kudus (Epiklesis), menjadikannya sentralitas teologis ganda.
Perbedaan dalam penempatan Epiklesis (Pra-Institusi di Barat modern vs. Pasca-Institusi di Timur) bukanlah kontradiksi dalam tujuan, melainkan perbedaan dalam penekanan pada *jalan* yang digunakan untuk mencapai misteri tersebut—apakah melalui pelaksanaan otoritas Kristus atau melalui operasi dinamis Roh Kudus. Konsekrasi, yang menghasilkan Kehadiran Nyata Kristus, adalah pusat teologis yang tak tergoyahkan dan menjadi fondasi bagi kesatuan eskatologis umat beriman di seluruh Gereja.